Menu

Mode Gelap
 

Collection · 26 Feb 2024 11:39 WIB ·

Menulis Adalah Warisan Masa Depan


 Sumber Foto: Tulisanrakaty.com/EddieW'sCollections Perbesar

Sumber Foto: Tulisanrakaty.com/EddieW'sCollections

Tulisanrakyat.com – Apa yang terlintas di benak anda ketika kita melihat orang mendapat peninggalan warisan orangtuanya yang sangat kaya raya? Pastinya, yang terlintas di benak kita, masa depan orang tersebut akan terjamin.

Memang betul bahwa harta peninggalan orangtua itu merupakan warisan untuk masa depan anak cucunya kelak. Oleh sebab itu, banyak yang mengatakan bahwa harta peninggalan Presiden Soeharto enggak akan habis sampai tujuh turunan.

Lalu apa hubungan ‘harta peninggalan’ dengan ‘tulisan’? Kenapa “menulis itu juga merupakan warisan masa depan”? Sebelum kita bahas lebih jauh tentang hal tersebut, ada baiknya kita bahas apa yang dimaksud dengan ‘warisan’.

BACA JUGA: Komeng Is Coming to Senayan: Warna Baru di DPD

Warisan adalah semua peninggalan pewaris berupa hak dan kewajiban atau semua harta kekayaan yang ditinggalkan oleh orang yang meninggal setelah dikurangi semua hutangnya.

Bagaimana jika hutangnya lebih besar dari pada harta kekayaan yang ditinggalkannya? Maka warisan yang muncul adalah kewajiban bukan hak. Artinya, ahli waris berkewajiban membayar hutang pewaris (orang yang meninggal).

Jadi, warisan bisa merupakan harta peninggalan berupa hak dan kewajiban, pusaka dan surat wasiat.

BACA JUGA: Collective Noun dan Kata Kerja yang Mengikutinya

Sebagai orangtua, kita pun berkeinginan saat kita tiada nanti kita dapat meninggalkan warisan yang bermanfaat untuk anak cucu kita.

Warisan harta yang melimpah mungkin terdengar klasik dan merupakan hal umum karena hampir semua orang saat orangtuanya meninggal, mereka akan mendapatkan harta peninggalannya.

Tahukah kalian sebaik-baiknya harta warisan adalah bukan semata-mata hanya harta kekayaan belaka, melainkan pendidikan moral, agama yang baik dan ilmu yang telah diajarkan orangtua kepada anak-anaknya.

Poin terakhir yaitu ‘ilmu’ tentu merupakan warisan masa depan yang baik dan tak ternilai untuk anak cucu kita.

Begitu banyak ilmuwan, satrawan dan filsuf seperti Albert Einstein, William Shakespeare, Charles Darwin, Galileo, Aristoteles, Thomas Alva Edison dan lain-lain meninggalkan karya-karya besarnya melalui temuan dan tulisan.

Para tokoh dunia ini telah mampu mengubah dunia. Tidak hanya dilakukan secara fisik saja, tetapi juga melalui tulisan. Begitu banyak tulisan-tulisan bersejarah yang menjadi warisan bagi masa depan generasi berikutnya dan menjadi pedoman bagi masyarakat luas.

Tentu kalian semua tahu siapa Anne Frank. Ia begitu terkenal karena buku hariannya yang ia tulis di tempat persembunyiannya saat tentara Nazi sedang melakukan pembersihan terhadap orang-orang Yahudi di Eropa.

Anne Frank seorang gadis kecil mencurahkan rasa takut, harapan dan pengalamannya ke dalam bentuk tulisan di buku hariannya. Tulisannya begitu menggemparkan dunia dan telah diterjemahkan ke berbagai bahasa di seluruh dunia.

Anne Frank melalui tulisannya menjadi simbol untuk janji yang hilang dari anak-anak yang tewas selama Holocaust. Bayangkan jika ia tidak menuliskan semua perasaan dan harapannya ke dalam catatan hariannya? Tulisannya telah mampu membuka mata dunia tentang kekejaman perang.

Dengan menulis, kita bisa menungkapkan emosi, ide, dan pemikiran kita yang akan menjangkau siapa saja di mana pun mereka berada.

Sumber Foto: Tulisanrakyat.com/Google/Encyclopedia

Kurang lebih apa yang telah ditulisnya bermakna: “Ini merupakan sebuah potret diriku sebagaimana yang kuinginkan untuk selalu terlihat seperti ini. Saat ini aku masih memiliki kesempatan untuk memasuki Hollywood. Namun kini rasanya aku sudah terlihat begitu berbeda”.

Ayo, kita belajar dari kisah Anne Frank dan mulai menulis sesuatu yang bermanfaat bagi banyak orang. Dengan menulis kita dapat berbagi ide dan informasi. Pramoedya Ananta Toer, seorang penulis produktif dalam sejarah sastra Indonesia, pernah mengatakan: “Orang boleh pandai setinggi langit, tetapi selama ia tidak menulis.

Ia akan akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian.” Bayangkan jika para ilmuwan, sejarahwan, dan filsuf tidak menuliskan ide, pemikiran dan karyanya, mungkin ilmu pengetahuan tidak semaju seperti sekarang ini.

Pramoedya Ananta Toer sendiri sudah menghasilkan lebih dari 50 karya dan telah diterjemahkan ke dalam lebih dari 42 bahasa asing. Selain mampu mengubah dunia dan mengembangkan kemajuan ilmu pengetahuan, tulisan juga mampu mengubah tatanan kehidupan sosial manusia baik secara kelompok kecil maupun secara global.

Contoh konkritnya adalah kitab suci bagi berbagai agama seperti Alqur’an untuk umat Islam (muslim), Alkitab (Injil) untuk umat Nasrani, Weda untuk orang Hindu dan Tripitaka untuk orang Budha.

Semuanya dituangkan dalam bentuk tulisan sehingga menjadi warisan masa depan bagi pemeluk dan generasi selanjutnya dan dapat dijadikan pedoman serta pegangan hidup yang baik.

Pada dasarnya, menulis itu sama dengan berbicara. Keduanya merupakan 2 keahlian berbahasa (language skills) dari 4 keahlian berbahasa (mendengar, berbicara, membaca, menulis). Perhatikan diagram di bawah ini.

Dengan menulis, kita bisa menungkapkan emosi, ide, dan pemikiran kita yang akan menjangkau siapa saja di mana pun mereka berada.

Bedanya adalah ‘membaca & mendengar’ itu pasif sifatnya sedangkan ‘menulis & berbicara’ aktif sifatnya.

Kesamaannya adalah berbicara dan menulis sama-sama mengeluarkan ide, gagasan dan pemikiran melalui kata-kata. Bedanya, berbicara itu oral atau lisan sedangkan ‘menulis’ itu tertulis (tersurat).

Menulis bukan hanya menuangkan rangkaian kata-kata di atas kertas, melainkan si penulisnya juga dapat mengirimkan pesan, ungkapan emosi, dan ekspresi diri melalui kata-kata yang penuh makna yang bisa sampai ke siapa saja di mana pun mereka berada dan sifatnya abadi (lama).

Tepatnya seperti peribahasa “Gajah mati meninggalkan gading. Harimau mati meninggalkan belang”. Manusia mati meninggalkan karya tulisan (penemuan, dll) yang bermanfaat bagi generasi berikutnya atau anak-cucu kita.

Beda dengan bahasa lisan, ia akan menghilang setelah diucapkan dan hanya didengar oleh orang yang berada di sekitarnya.

Saya punya pengalaman saat masih duduk di bangku kelas 2 SMA. Saat itu saya suka dengan salah satu teman sekelas dan waktu itu belum ada hape (tidak ada Whatsapp, SMS, dan lain-lain).

Karena tidak berani ngomong langsung dan kalau pun memberanikan diri ngomong langsung ke dia, pasti berantakan ngomongnya. Akhirnya, saya dapat ide yaitu dengan menulis apa yang saya rasakan tentang dia pada secarik kertas lalu tulisan itu saya selipkan di dalam tasnya dan ternyata berhasil. Ia pun membalasnya. Ternyata, tulisan bisa mengubah hidup (dunia) saya.

Jadi, melalui tulisan kita dapat berbagi informasi positif dan bermanfaat bagi banyak orang. Melalui tulisan, kita bisa berkata, menungkapkan emosi kita, mengeluarkan ide dan pemikiran kita yang akan menjangkau siapa saja di mana pun mereka berada dan mungkin bisa menyentuh hati seseorang yang tidak pernah kita kenal sama sekali.

Melalui tulisan, kita bisa berkomunikasi dengan banyak orang. Tulisan juga berperan penting dalam proses belajar-mengajar karena dengan adanya tulisan tersebut apalagi jika tulisan (buku) tersebut ditulis sendiri oleh pengajarnya, maka siswa akan mampu memahami materi yang diajarkan oleh gurunya secara lebih baik.

Buat saya sebagai pengajar dan penulis hal tersebut sangat menguntungkan, baik secara edukatif, karena membantu siswa belajar dan secara finansial, menambah penghasilan bagi yang menulisnya.

Last but not least, oleh sebab itu mulai sekarang tuangkan ide-ide (gagasan) dan pemikiran kalian ke dalam tulisan. Tulisan kalian akan tetap tersimpan lama dan abadi dan ia akan selalu dibaca serta dipelajari terus-menerus oleh generasi berikutnya karena tulisan (menulis) itu adalah warisan masa depan.

Yuuk, kita warisi anak cucu kita dengan ‘tulisan’.**

[Referensi: Dikumpulkan dari berbagai sumber]

Artikel ini telah dibaca 76 kali

badge-check

Penulis

Baca Lainnya

‘R’ Is Strangely Unique

9 May 2024 - 06:43 WIB

Huruf atau fonim R itu bisa dikatakan sangat unik dan juga aneh bila dibadingkan dengan huruf-huruf abjad lainnya.

Ngeh, Nggeh, dan Ngehe

9 May 2024 - 06:34 WIB

Beda ‘ngeh’, beda lagi dengan ‘nggeh’. Sekilas nyaris sama, bedanya kata pertama cuma satu huruf G, yang kedua dobel G.

Karma Pembataian Kucing di Australia: Munculnya Wabah Tikus

24 April 2024 - 12:53 WIB

Tidak hanya di Indonesia, di Turki, sebuah negara Islam di Eropa, kucing juga merupakan hewan yang dilindungi dan sangat dicintai.

Friends: What Type of Friend Are You? A Good Or Bad Friend? Who Is Your Best Friend?

22 April 2024 - 19:33 WIB

Ada pepatah yang berbunyi: “A friend In Need Is Just A Friend Indeed”, yang bermakna “Teman sejati adalah teman dalam duka”.

Dewi Sandra Bukanlah Sandra Dewi

22 April 2024 - 10:04 WIB

Banyak orang, khususnya di Indonesia, tidak tahu atau mengenal yang mana Sandra Dewi dan yang mana Dewi Sandra.

Hijab Bukanlah Helm Tetapi Keduanya Sama-sama Penutup Kepala

5 April 2024 - 14:35 WIB

Hijab dan helm yang menjadi topik bahasan saya di artikel kali ini terkait dengan wanita pengendara motor.
Trending di Collection