Menu

Mode Gelap
 

Collection · 24 Apr 2024 12:53 WIB ·

Karma Pembataian Kucing di Australia: Munculnya Wabah Tikus


 Sumber Foto: Tulisanrakyat.com/Freepik Perbesar

Sumber Foto: Tulisanrakyat.com/Freepik

Tulisanrakyat.com – Kucing adalah hewan peliharaan (pet) yang paling banyak disukai dan dipelihara di Indonesia setelah anjing mungkin karena kucing adalah hewan yang sangat menggemaskan, imut, cantik, lucu dan jinak (tidak pernah menggigit).

Dan salah satu alasan lainnya adalah karena Indonesia adalah negara dengan mayoritas muslim terbesar di dunia. Seperti kita ketahui bahwa rasulullah, Nabi Muhammad SAW sangat menyukai dan menyayangi kucing.

Oleh karena itu wajarlah, jika banyak masyarakat di Indonesia, terutama kaum muslim, begitu mencintai hewan ini, karena sunnah Rasul.

BACA JUGA: IELTS: Perbedaan Antara Academic Training dan General Training

Dilansir dari laman Liputan6.com, ada 6 manfaat memelihara kucing menurut ajaran Islam, yaitu (1). Mendapatkan pahala dari Allah SWT, (2). Menumbuhkan rasa empati, (3). Diampuni dosanya, (4). Merupakan sedekah, (5). Disayangi penghuni langit, (6). Memberi kebaikan hingga hari kiamat.

Kalau kita perhatikan, hampir di setiap sudut jalan atau perumahan, kita dengan mudah dapat menemukannya. Bahkan saat kita sedang makan, entah itu di warteg atau warung makan lainnya, selalu ada kucing yang menghampiri kita untuk meminta makan atau sekedar hanya ingin mendekati kita.

Tetapi beda lagi dengan kota yang satu ini, yaitu kota Tomohon, di Sulawesi Utara, di mana kucing di sana diperjualbelikan bukan untuk dipelihara melainkan untuk dikonsumsi. Artinya, kalian bisa membeli dagingnya di pasar tradisonal yang unik di Tomohon.

Hal itu sudah lama dilakukan di sana. Sudah menjadi tradisi. Tidak hanya kucing tetapi juga hewan-hewan liar lainnya yang tak lazim dikonsumsi ada di pasar tersebut seperti ular, tikus, monyet, dan kelelawar. Di Vietnam pun kucing dan tikus juga dikonsumsi.

BACA JUGA: Pengucapan Kata Kerja Berakhiran ‘-ed’

Sementara itu, kelelawar dikonsumsi di Cina. Tentu kita masih ingat pandemi COVID-19 yang awalnya datang dari China akibat mereka yang tertular akibat mengkonsumsi daging kelelawar.

Kembali ke topik kita: kucing. Tidak hanya di Indonesia, di Turki, sebuah negara Islam di Eropa, kucing juga merupakan hewan yang dilindungi dan sangat dicintai.

Hal ini bisa dilihat dari banyaknya hewan tersebut yang berkeliaran di pusat-pusat kota seperti di taman kota dan jalan-jalan kota.

Beda Turki, beda Australia. Pada kurang lebih tahun 2016 pemerintah Australia mengeluarkan kebijakan untuk membasmi (membunuh) kucing liar yang jumlahnya semakin meningkat.

Menurut informasi, kehadiran kucing-kucing liar itu disinyalir telah menyebabkan kepunahan hewan-hewan asli (ikonik) Australia seperti burung beo, katak dan numbat. Spesies burung beo dan numbat dikabarkan nyaris punah karena diburu oleh kucing liar.

Seharusnya pemerintah Australia tidak perlu melakukan pembunuhan kucing liar karena itu merupakan rantai makanan (food chain) yang terus berputar dan berjalan secara alami.

Dan itu terbukti, setelah ratusan ribu kucing habis dibantai dengan cara diracuni (diberi umpan sosis beracun). Ada yang dijadikan makanan buaya, dan sebagainya. Bencana besar akhirnya muncul yaitu serangan wabah atau hama tikus, tepatnya pada tahun 2019.

Tikus berkembang biak begitu cepat dan jumlahnya sangat banyak karena tidak adanya kucing sebagai pemangsanya (predator). Muncul ketidakseimbangan ekosistem karena putusnya rantai makanan. Mungkin inilah yang disebut ‘karma’ atau memang ‘hukuman’ dari Allah.

Menurut informasi yang didapat, ternyata memberantas tikus itu lebih sulit daripada memberantas kucing karena tikus bisa bersembunyi di mana saja, di selokan, di atas rumah, di dalam tanah, dan tempat-tempat tersembunyi lainnya yang sulit dijangkau oleh manusia.

Oleh karena itu salah satu cara yang dilakukan oleh pemerintah Australia adalah dengan menebar sosis beracun dengan target dapat membunuh dua juta ekor hewan yang disukai oleh banyak orang itu.

Dua (2) juta ekor? Wow … kejam banget ya. Di Indonesia, jangan kan membunuh jutaan kucing, membunuh seekor kucing pun, misalkan: menabraknya tanpa sengaja, kita sudah kuatir dan takut akan dosa, ditambah dengan cerita-cerita mitos yang beredar seperti nanti kita akan mendapat celaka karenanya. Percaya atau tidak, wallahualam. Only Allah knows.

Kita kembali lagi ke Australia. Dari serangan wabah tikus tersebut, pemerintah Australia mengalami kerugian yang amat besar karena semua ladang petani habis dimangsa tikus.

Sejak serangan wabah tikus inilah, akhirnya pemerintah Australia kembali mengembangbiakkan dan membiarkan kucing-kucing liar berkeliaran untuk memberantas habis serangan wabah tikus tersebut. Karena kita tahu bahwa musuh besar tikus adalah kucing. Tentu kita masih ingat cerita Tom and Jerry. FYI, that’s my favorite movie when I was a kid. Hehe …

Peristiwa di Australia mengingatkan kita dengan kejadian yang nyaris sama di China antara tahun 1958 dan 1962, yaitu pemerintah Cina melakukan pemusnahan (perang terhadap) burung-burung pipit dan gereja yang dianggap merugikan petani karena burung-burung itu dianggap telah merusak dan memakan padi para petani.

Padahal kenyataannya, burung-burung pipit dan gereja itu hanya memakan ulat-ulat yang ada di tanaman padi. Ulat-ulat itulah yang justru memakan habis semua tanaman padi dan dampaknya China mengalami bahaya kelaparan waktu itu.

Mari kita belajar dari peristiwa yang terjadi di Australia dan di China. Sudah sepatutnya kita menjaga lingkungan hidup kita, yaitu alam dengan segala isinya.

Biarkan seleksi alam berjalan. Biarkan rantai makanan berputar. Allah sudah mengatur kehidupan kita. Kita akan menuai apa yang kita tabur.**

[Referensi: Dikumpulkan dari berbagai sumber]

Artikel ini telah dibaca 29 kali

badge-check

Penulis

Baca Lainnya

Friends: What Type of Friend Are You? A Good Or Bad Friend? Who Is Your Best Friend?

22 April 2024 - 19:33 WIB

Ada pepatah yang berbunyi: “A friend In Need Is Just A Friend Indeed”, yang bermakna “Teman sejati adalah teman dalam duka”.

Dewi Sandra Bukanlah Sandra Dewi

22 April 2024 - 10:04 WIB

Banyak orang, khususnya di Indonesia, tidak tahu atau mengenal yang mana Sandra Dewi dan yang mana Dewi Sandra.

Hijab Bukanlah Helm Tetapi Keduanya Sama-sama Penutup Kepala

5 April 2024 - 14:35 WIB

Hijab dan helm yang menjadi topik bahasan saya di artikel kali ini terkait dengan wanita pengendara motor.

Tidur Secukupnya: Life Is So Short

25 March 2024 - 09:42 WIB

Kesehatan tidur atau lebih dikenal dengan istilah sleep hygiene yang mengacu pada kebiasaan, perilaku dan faktor lingkungan yang sehat.

Tumben

21 March 2024 - 09:40 WIB

Menurut KBBI, ‘tumben’ bermakna (1) mula-mula sekali; (2) ganjil benar kali ini (tidak sebagai biasa atau menyalahi dugaan).

Bandel dan Nakal: Negatifkah Konotasinya?

15 March 2024 - 13:13 WIB

Secara umum, awalnya kata bandel dan nakal tersebut identik dengan perilaku anak-anak yang kurang baik seperti telah didefinisikan oleh KBBI.
Trending di Collection